Turun atau Naik? Simak Prediksi Harga Emas 2026 Mendatang!

Ilustrasi tren kenaikan harga emas dunia 2026
Ilustrasi tren kenaikan harga emas dunia yang diprediksi berlanjut hingga 2026. Foto : FOREXimf – mimbarjumat.com
0 Komentar

MIMBARJUMAT.COM – Arah pergerakan harga emas pada 2026 kembali menjadi perhatian utama para investor dan masyarakat yang memandang logam mulia sebagai sarana proteksi kekayaan. Berbagai analisis dari lembaga keuangan ternama menunjukkan kecenderungan bahwa harga emas masih memiliki ruang untuk menguat, meskipun tidak menutup kemungkinan akan terjadi fase penurunan sementara akibat fluktuasi suku bunga dan kondisi ekonomi dunia yang belum sepenuhnya stabil.

Optimisme dari Analisis Institusi Global

Beberapa bank investasi terkemuka telah merevisi target harga emas untuk tahun 2026 ke level yang lebih tinggi, menyusul performa kuat yang ditunjukkan pada periode 2024-2025. Sebagai contoh, Goldman Sachs memperkirakan harga emas global dapat mencapai sekitar USD 4.900 per troy ounce di penghujung 2026, angka yang lebih tinggi dari prediksi sebelumnya. Revisi ini dilandasi keyakinan akan permintaan emas yang tetap solid sebagai safe-haven asset, utamanya dari institusi seperti bank sentral dan investor besar yang ingin melindungi portofolio dari ancaman inflasi dan pelemahan nilai mata uang.

Bank of America (BofA) memberikan proyeksi yang lebih tinggi lagi, dengan target puncak mencapai USD 5.000 per troy ounce pada 2026, dan rata-rata harga tahunan di sekitar USD 4.400. Analis BofA berpendapat bahwa arus modal masuk ke instrumen emas masih belum mencapai titik jenuh, sehingga peluang kenaikan masih terbuka. Sementara itu, Societe Generale juga menyatakan emas sebagai aset pilihan, dengan skenario harga dapat mendekati USD 5.000 menjelang akhir 2026 jika pola akumulasi berlanjut dan ketegangan geopolitik tetap ada.

Penyokong Potensi Kenaikan: Diversifikasi hingga Kondisi Moneter

Beberapa elemen kunci menjadi pendorong optimisme ini.

  1. Aktivitas akumulasi emas oleh bank sentral di berbagai negara, baik berkembang maupun maju, yang terus berlanjut. Kebijakan ini merupakan bagian dari strategi diversifikasi cadangan devisa dan mengurangi dominasi dolar AS, sebuah tren yang dikenal sebagai de-dolarisasi.
  2. Antisipasi penurunan suku bunga acuan di Amerika Serikat dalam beberapa tahun ke depan turut mendukung sentimen positif. Suasana moneter yang lebih longgar cenderung menurunkan daya tarik instrumen berbunga, sehingga aliran dana dapat beralih ke aset seperti emas.
  3. Berbagai ketidakpastian seperti dinamika geopolitik, tekanan defisit anggaran, dan ancaman resesi global mendorong investor mencari tempat berlindung yang dianggap aman di tengah gejolak pasar.
0 Komentar