MIMBARJUMAT.COM – Menjelang perayaan Natal 2025, Kementerian Agama kembali menegaskan makna Natal sebagai momentum pemulihan keluarga. Hal tersebut disampaikan langsung oleh Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Kristen Kemenag, Jeane Marie Tulung pada saat membuka Seminar Natal Nasional yang digelar Panitia Natal Nasional 2025 di Institut Agama Kristen Negeri (IAKN) Manado, Kamis (11/12).
Mengusung tema Natal Nasional 2025, “Allah Hadir untuk Menyelamatkan Keluarga” yang terinspirasi dari Matius 1:21–24, seminar ini menjadi ruang refleksi bersama mengenai posisi strategis keluarga sebagai fondasi pembentukan iman, karakter, serta ketahanan sosial masyarakat.
Dalam paparan kuncinya, Jeane Marie Tulung menyoroti semakin kompleksnya tantangan yang dihadapi keluarga Indonesia. Ia mengangkat isu meningkatnya kekerasan dalam rumah tangga, konflik relasi, tekanan media sosial, hingga persoalan stres dan gangguan kesehatan mental yang dialami anak-anak dan remaja.
Baca Juga:Bersiap! Wuling Starlight 560 Meluncur: SUV Fleksibel dengan Pilihan Mesin Bensin, EV, dan PHEV.Geminid 2025: Hujan Meteor Paling Indah di Akhir Tahun
Fenomena tingginya angka perceraian serta perubahan pola relasi akibat digitalisasi juga menjadi perhatian serius. Menurutnya, gereja memiliki tanggung jawab moral dan spiritual untuk hadir mendampingi keluarga yang sedang bergumul.
Peran tersebut dapat diwujudkan melalui berbagai bentuk pelayanan, seperti edukasi keluarga, konseling pastoral, pembentukan kelompok pendamping keluarga, serta program mentoring bagi pasangan dan orang tua.
Lebih lanjut, Dirjen mengajak umat untuk memaknai kelahiran Yesus sebagai perwujudan kasih Allah yang memulihkan hubungan manusia dengan Allah dan sesama. Pesan Natal, kata dia, relevan untuk menjawab krisis relasi dan kesehatan mental yang dihadapi keluarga masa kini.
Sejalan dengan semangat tema Natal Nasional, Kementerian Agama melalui Ditjen Bimas Kristen berkomitmen memperkuat literasi keluarga, meningkatkan pelatihan konseling pastoral, serta memberikan dukungan kepada gereja agar mampu menghadirkan pelayanan yang kontekstual dan responsif terhadap tantangan zaman.