MIMBARJUMAT.COM – Setiap orang tua pasti ingin yang terbaik untuk anaknya. Akan tetapi, sering kali tanpa kita sadari, kita menerapkan pola asuh yang berbeda berdasarkan jenis kelamin anak. Inilah yang disebut dengan bias gender dalam pengasuhan.
Bias gender merupakan pandangan atau perlakuan yang berbeda terhadap anak laki-laki dan perempuan berdasarkan stereotip sosial, bukan berdasarkan kebutuhan atau potensi individu sang anak.
Contohnya, anggapan bahwa anak perempuan itu harus lembut dan penurut, sedangkan anak laki-laki harus kuat dan mandiri. Hal ini sering terbawa pada cara kita dalam membesarkan anak, dari mulai pemilihan mainan, aktivitas, hingga ekspektasi perilaku dari si anak.
Baca Juga:Semua Bisa Hemat Lewat Promo PSM Alfamart!Libur Didepan Mata! Catat Libur Panjang 4 Hari Bulan Desember 2025
Dalam ajaran Islam, setiap anak baik laki-laki maupun perempuan dianggap memiliki potensi yang sama sebagai insan yang dimuliakan Allah. Pendidikan tanpa diskriminasi gender justru akan mendukung perkembangan anak secara optimal.
Rata-Rata Bias Gender dalam Keluarga Indonesia
Sebuah penelitian yang dilakukan terhadap orang tua yang memiliki anak usia 4 tahun di TKIT Ibu Harapan, Bengkalis, menunjukkan bahwa 65,31% orang tua mengalami bias gender dalam pola asuh. Artinya, lebih dari separuh orang tua masih menerapkan perlakuan yang berbeda berdasarkan jenis kelamin anak.
Menariknya, bias gender ini paling tinggi ditemukan pada orang tua yang menerapkan pola asuh otoriter sebanyak 55,14%. Pola asuh otoriter cenderung kaku, penuh aturan, dan kurang berdialog dengan anak. Sementara itu, pola asuh demokratis dan permisif menunjukkan tingkat bias gender yang lebih rendah.
Orang tua dalam penelitian ini mengakui bahwa mereka sering membedakan cara mengasuh anak laki-laki dan perempuan, mulai dari jenis mainan hingga ekspektasi perilaku.
Dampak Bias Gender dalam Pola Asuh Anak
Bias gender dalam pola asuh bukan hanya sekadar persoalan “anak laki-laki main bola, anak perempuan main boneka”. Dampaknya bisa sangat serius terhadap perkembangan emosi dan psikologis anak, antara lainnya:
- Rasa cemburu dan suka membandingkan diri dengan saudara yang diperlakukan berbeda.
- Kurang percaya diri, terutama jika anak merasa tidak sesuai dengan stereotip gender yang diharapkan.
- Gangguan emosi, seperti mudah marah, murung, atau bad mood.Perilaku memberontak atau sulit diatur.
- Gangguan perilaku seperti agresif atau hiperaktif.
