Peneliti Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi BRIN, Joko Ridho Witono, mengatakan bahwa “Jika tidak disertai edukasi yang baik, keberadaan Rafflesia bisa terancam hilang akibat aktivitas manusia,” ucapnya.
Momen ini juga tidak hanya membuat komunitas konservasi dan ilmuwan yang terkesan, bahkan publik luas pun merespons dengan antusias dan sempat membuat ramai media soial.
Mekarnya Rafflesia hasseltii di hutan Sumatera Barat bukan hanya berita ilmiah, melainkan juga menjadi sebuah pengingat bahwa pelestarian alam tidak bisa setengah-setengah. Perlindungan hutan primer, penghargaan terhadap peneliti lokal, dan kesadaran masyarakat luas semua harus berjalan bersama agar “bunga raksasa” seperti Rafflesia tak sekadar jadi wacana, tetapi bagian utuh dari warisan alam Indonesia.
