Jika kita ingin melihat kenyataan lebih jernih, bersihkan cawan pikiran kita dari prasangka, luka masa lalu dan ego.
Keseimbangan dan Kesempurnaan
Saat jatuh sakit, manusia akan merintih dan berkeluh kesah. Saat sakit, kesadaran manusia mulai terjaha.
Saat dirimu jatuh sakit, kau istighfar dari dosa-dosamu dahulu. Saat dirimua sakit, kelakuan burukmu akan menjelma dalam pandanganmu, lalu kau berniat kembali lagi ke jalan yang benar. (Kitab I, Bait 623 – 625).
Tafsir psikologi dari Keseimbangan dan Kesempurnaan adalah berikut;
Baca Juga:Self Healing Ala Imam Al Ghazali, Menyembuhkan Lelah BatinFaktor Umur, 6 Pemain Timnas Indonesia yang Tak Bisa Lagi Gabung di Kualifikasi Piala Dunia 2030
Sakit sebagai guru kehidupan: Alih-alih dimusuhi, sakit bisa dilihat sebagai sarana refleksi dan koreksi.
Dari imbalance menuju balance: Penderitaan menyingkap hal-hal yang tidak seimbang dalam hidup (gaya hidup, emosi, spiritualitas), lalu mendorong kita menata ulang.
Kesempurnaan manusia: Bukan hidup tanpa luka, tapi kemampuan mengintegrasikan luka menjadi makna.
Nah itulah pernyatan Jalalludin Rumi tentang hidup dan tafsir psikologi. (Sumber: Disadur dari konten PPTI)