MIMBARJUMAT.COM – Jalalludin Rumi atau Jalalludin Muhammad Rumi yang dikenal juga dengan nama Jalalludin Muhammad Balkhi merupakan seorang penyair sufi dari Persia, teolog maturidi sekaligus ulama.
Jalalludin Rumi banyak memiliki syair dan kutipan tentang hidup lewat syair indah penuh dengan makna.
Sebelum masuk ke pembahasan Jalalludin Rumi tentang hidup, ada baiknya kita kenali lebih dalam tokoh Islam yang satu ini.
Baca Juga:Self Healing Ala Imam Al Ghazali, Menyembuhkan Lelah BatinFaktor Umur, 6 Pemain Timnas Indonesia yang Tak Bisa Lagi Gabung di Kualifikasi Piala Dunia 2030
Jalalludin Muhammad Rumi atau Jalalludin Muhammad Balkhi llahir di Balkh atau sekarang Samarkand, Persia.
Nama Balkhi kemungkinan besar berasal dari tempat kelahirannya yakni Balkh. Namun di era modern, namanya populer dengan sebutan; Rumi.
Salah satu karyanya yang dibuat di Konya dianggap menjadi salah satu karya paling berpengaruh di dunia Sufisme.
Karyanya itu, juga dianggap menjadi salah satu yang terbaik dari serangkaian karya Rumi.
Puisi karya Rumi memiliki pengaruh sangat signifikan terhadap dunia sastra bahkan peradaban.
Karenanya, karya Rumi juga ditulis dalam berbagai bahasa seperti Turki Utsmaniyah, Chagatai, Urdu, Bengali dan Pashtun.
Sebagai informasi, Rumi merupakan seorang anak yang lahir dari pasangan Bahauddin Walad keturunan Abu Bakar dan ibu yang merupakan keluarga kerajaan Khwarazm.
Baca Juga:Gratis! Cukup Pakai Prompt Ini di Google Gemini AI, Kamu Bisa Edit Foto Ala Profesional seperti Hasil StudioCara Membuat Video AI dengan Google Veo 3 untuk Pemula
Ayah rumi merupakan seorang guru dan cendikiawan saleh yang memiliki pandangan ke depan.
Tradisi akademik tersebut memiliki andil dalam membentuk Rumi menjadi seorang sastrawan sufi yang mumpuni.
Berikut adalah beberapa kutipan Jalalludin Rumi tentang hidup dan jiwa yang sehat serta kuat;
Pikiran vs Kenyataan
Bentuk setiap manusia seperti cawan, mata menyaksikan makna di dalam cawan itu.
Dari setiap pertemuan dengan siapapun kau raih sesuatu. Dari kedekatan dengan siapapun kau akan bawa sesuatu. (Kitab II, Bait 1090-1091.
Bila ditafsirkan secara psikologi dapat disimpulkan sebagai berikut;
Rumi mengingatkan bahwa kenyataan yang kita lihat bukanlah kenyataan murni, melainkan kenyataan yang tertuang dalam cawan pikiran kita.
Cawan itu bisa jernih (kesadaran tinggi, pikiran yang terlatih dan hati yang suci) atau keruh (nafsu, trauma, prasangka).
Maka setiap interaksi menjadi pengalaman psikologis yang membentuk realitas batin kita.