Perubahan atau pergeseran posisi diplomatik Indonesia di forum internasional seperti PBB terkait isu-isu sensitif juga menjadi cerminan potensi pengaruh eksternal; apabila keputusan kebijakan luar negeri mulai cenderung selaras dengan kepentingan Barat tanpa justifikasi domestik yang jelas, hal ini dapat menjadi alarm bagi pengamat strategis.
Terakhir, adanya indikasi relasi bisnis lintas keluarga atau elite ekonomi antara lingkaran Prabowo dan figur politik Barat perlu dicermati, karena hubungan finansial atau personal semacam ini sering menjadi kanal terselubung yang memperkuat jaringan pengaruh dan memungkinkan operasi kooptasi yang lebih halus.
Antara Diplomasi dan Perang Pengaruh
Gerak Barat terhadap Prabowo bukanlah skenario perekrutan ala Perang Dingin, melainkan diplomasi cerdas berbasis personal influence dan kepentingan ekonomi.
Baca Juga:Boikot Trans7 karena Apa? Ponpes Al Mizan Jatiwangi Sebut Soal MarwahPatrick Kluivert Minta Maaf, Tak Ada Kata-kata Mau Mundur
Barat tampaknya menyadari bahwa menghadapi BRICS secara frontal tidak produktif, sebaliknya, menyusup melalui hubungan dengan figur moderat seperti Prabowo memberi pengaruh yang lebih halus namun efektif.
Namun Prabowo, dengan latar militer dan nasionalismenya, tampaknya memahami permainan ini. Ia menjaga jarak strategis, menampilkan diri sebagai mediator global, dan memperkuat citra Indonesia sebagai kekuatan independen yang mampu bicara dengan semua pihak.
Dalam konteks ini, “penarikan Prabowo ke BRICS” justru bisa menjadi strategi balik: menjadikan dirinya poros diplomasi baru yang mampu menyeimbangkan Barat dan Timur — bukan tunduk pada salah satunya.
Profil Penulis
Ruben Cornelius Siagian adalah peneliti dan penulis opini aktif yang fokus pada fisika komputasi, astronomi, energi, kebijakan publik, dan isu sosial-politik di Indonesia. Ia juga pendiri Riset Center Cendekiawan dan Peneliti Muda Indonesia serta aktif dalam organisasi mahasiswa dan advokasi demokrasi.
Referensi
Cooper, Andrew F. “China, India and the pattern of G20/BRICS engagement: Differentiated ambivalence between ‘rising’power status and solidarity with the Global South.” Third World Quarterly 42, no. 9 (2021): 1945–62.
Nye, Joseph S. “Soft power and public diplomacy revisited.” The Hague Journal of Diplomacy 14, no. 1–2 (2019): 7–20.
Panda, Jagannath, dan Richard Ghiasy. “NATO ENGAGEMENT IN THE INDO-PACIFIC?” Notes, 2025.