Ambisi Kosong Indonesia di Piala Dunia 2026 Akibat Strategi Gagal dan Kepentingan Politik

ambisi kosong indonesia di piala dunia 2026
Ambisi kosong Timnas Indonesia di Piala Dunia 2026 yang gagal dicapai. Foto: Timnas Indonesia/Ig - mimbarjumat.com
0 Komentar

Teori Governance dalam olahraga (Hoye et al., 2015) menegaskan bahwa pemisahan otoritas dan akuntabilitas adalah kunci keberhasilan manajemen olahraga.

Tanpa pemisahan ini, keputusan teknis rentan terdistorsi oleh kepentingan politik atau pencitraan media, menghambat stabilitas tim dan pembangunan jangka panjang.

Stabilitas manajerial dan konsistensi pelatih menjadi kunci lain yang tidak kalah penting. Rotasi pelatih yang terlalu sering dan perubahan strategi mendadak tidak hanya membingungkan pemain, tetapi juga menghambat pembangunan filosofi permainan dan mental bertanding.

Baca Juga:Jembatan Strategis atau Target Pengaruh? Barat, Brics dan Posisi PrabowoBoikot Trans7 karena Apa? Ponpes Al Mizan Jatiwangi Sebut Soal Marwah

Contoh Jerman pasca-2000 menunjukkan bahwa kepemimpinan teknis yang stabil dan program pengembangan jangka panjang menghasilkan generasi emas, terbukti dengan kemenangan Piala Dunia 2014. Indonesia, dengan ketidakstabilan saat ini, hanya menciptakan kegagalan berulang dan chemistry tim yang rapuh.

Adapun transparansi dan akuntabilitas harus menjadi fondasi setiap keputusan, mulai dari seleksi pemain hingga pengembangan liga. Model Governance Transparan seperti di federasi sepak bola Inggris atau Jerman menunjukkan bahwa evaluasi publik dan keterlibatan stakeholder mendorong keputusan yang profesional dan bebas dari dominasi politik.

Tanpa mekanisme ini, sepak bola Indonesia akan tetap dikuasai kepentingan pribadi dan politik, bukan prestasi, sehingga ambisi Piala Dunia 2026 tetap menjadi fatamorgana.

Adapun reformasi menyeluruh di bidang pembinaan pemain muda, filosofi permainan, profesionalisasi liga, manajemen tanpa Konflik Kepentingan, stabilitas pelatih, dan akuntabilitas penuh, Indonesia baru bisa berharap menutup kesenjangan dengan negara-negara Asia yang rutin tampil di Piala Dunia.

Tanpa itu, semua klaim ambisius hanyalah retorika politik yang memuaskan ego sesaat, bukan prestasi nyata bangsa.

Profil Penulis

Ruben Cornelius Siagian merupakan seorang akademisi, peneliti, dan pengamat politik yang aktif menulis artikel kritis terkait isu-isu strategis nasional.

Ruben sering menunjukkan kemampuan dalam menggabungkan pengamatan empiris dengan analisis kebijakan publik. Ia menyoroti keterlibatan politisasi dalam struktur organisasi olahraga, di mana kepentingan sesaat kerap menutupi upaya membangun fondasi yang solid untuk pengembangan talenta lokal.

Baca Juga:Patrick Kluivert Minta Maaf, Tak Ada Kata-kata Mau MundurCuma Copy Paste Prompt Ini, Bisa Foto Realistis Bareng Nailong yang Viral!

Kritiknya tidak hanya tertuju pada kegagalan strategis, tetapi juga pada konsekuensi yang ditimbulkan bagi citra Indonesia di mata internasional, serta dampaknya terhadap aspirasi masyarakat dan atlet muda yang menaruh harapan pada sepak bola nasional.

0 Komentar