Gerakan Rakyat atau Rekayasa Kekuasaan? Menguak Proyek Intelijen di Balik Demonstrasi Agustus 2025

demonstrasi agustus 2025
Demonstrasi yang terjadi pada Agustus 2025 di berbagai daerah di Indonesia. Foto: Kolase/tangkapan layar - mimbarjumat.com
0 Komentar

Tujuannya bukan sekadar mengatur peristiwa, tetapi mengontrol makna sosial, yaitu siapa yang tampak bersalah, siapa yang heroik, dan bagaimana masyarakat memahami kekacauan.

Motif Strategisnya adalah Uji Coba Keamanan dan Pergeseran Isu Politik?

Dalam kacamata intelijen politik, operasi semacam ini memiliki beberapa motif strategis. Pertama, delegitimasi lembaga publik, terutama DPR dan kepolisian, untuk menekan mereka secara politik. Kedua, uji coba sistem keamanan sosial, di mana aparat menghadapi krisis serentak di berbagai wilayah, mirip stress test dalam literatur manajemen risiko sosial.

Ketiga, pengalihan isu (displacement) dari agenda politik pusat yang ingin diredam, sebagaimana dijelaskan dalam teori agenda-setting media dan politik.

Baca Juga:7 Tips Mengenali Kekurangan Diri Menurut IslamFenomena Spiritualitas Semu, Apa Itu?

Perbedaan respons aparat di berbagai kota dari represif hingga permisif menunjukkan adanya lapisan kendali ganda, indikasi klasik dari operasi berlapis untuk menilai dinamika kepatuhan dan loyalitas unit, sebagaimana dianalisis dalam studi civil-military relations.

Perang Persepsi dan Manipulasi Opini Publik

Setelah demonstrasi mereda, dua narasi bersaing di ruang publik, yaitu narasi negara menuding provokasi eksternal, sementara kelompok sipil menuding aparat sebagai aktor kekerasan. Polarisasi ini memperlihatkan praktik perception management, yaitu manipulasi opini publik untuk mengalihkan energi warga dari substansi kebijakan ke konflik wacana.

Dalam konteks media sosial, fenomena ini diperkuat oleh algoritma echo chamber yang memperkuat bias kelompok, seperti yang dibahas Putri, S. D. G., Purnomo, E. P., & Khairunissa, T. (2024).

Gerakan Otentik yang Disusupi Rekayasa Kekuasaan

Dari semua indikator, jelas bahwa demonstrasi Agustus 2025 memiliki dua wajah. Di satu sisi, ia merupakan gerakan sosial otentik, berakar pada kekecewaan rakyat. Namun eskalasinya menunjukkan campur tangan terstruktur, baik oleh jaringan politik domestik maupun unsur intelijen yang menjalankan agenda pengelolaan krisis.

Sehingga gelombang demonstrasi ini bukan sekadar letupan sosial, tetapi eksperimen kekuasaan terhadap perilaku massa.

Demokrasi dalam Bayang-bayang Manipulasi

Kasus ini memperlihatkan evolusi intelijen modern dari lembaga pengumpul informasi menjadi aktor aktif dalam pembentukan opini publik.

Fungsi intelijen kini meluas hingga pengelolaan emosi sosial, praktik yang bisa menekan kebebasan sipil bila tidak diimbangi mekanisme akuntabilitas.

0 Komentar