Uni Ummah: Jalan Baru Menuju Kebebasan Palestina

uni ummah jalan kebebasan palestina
Bobby Ciputra, Ketua AMSI (Angkatan Muda Sosialis Indonesia) mengungkapkan gagasan Uni Ummah yang dapat menjadi jalan baru kebebasan Palestina. Foto: Dok. Pribadi - mimbarjumat.com
0 Komentar

MIMBARJUMAT.COM – Mengapa dunia begitu lama mengecewakan Palestina?

Sebuah pertanyaan sederhana yang mengguncang nurani. Puluhan tahun resolusi PBB dikeluarkan, puluhan kali perundingan digelar, namun hasilnya selalu buntu. Palestina masih dijajah, hak rakyatnya masih dirampas. Dunia tampak sibuk bicara, tetapi lumpuh bertindak. Dari kegagalan inilah, lahir kebutuhan akan jalan baru.

Ketiadaan kekuatan yang sejajar

Sudah beberapa dekade, impian negara Palestina yang merdeka telah hancur akibat konflik, janji-janji yang diingkari dan ketidakpedulian global.

Selama ini negara-negara Muslim hanya bergantung pada forum seperti OKI (Organisasi Kerjasama Islam). Suaranya lantang, tetapi tindakannya minim. Konflik demi konflik di Timur Tengah menunjukkan sistem keamanan internasional tidak lagi mampu menegakkan keadilan. PBB sering dikritik bahkan oleh banyak negara Eropa dan Amerika Latin karena telah gagal melindungi rakyat Palestina.

Baca Juga:Hanya 10 Menit dari Terminal Maja, Tapi Wajib Turun 150 Tangga Curam di Curug Ibun!Siap-Siap Keringat Dingin! Ini Rute Penuh Adrenalin ke Terasering Panyaweuyan

Pada Sidang Umum PBB bulan September 2025, negara-negara seperti Indonesia, Malaysia, Turki dan Afrika Selatan menyuarakan dukungan kuat bagi kemerdekaan Palestina, terlebih lagi Qatar dan Yordania mengkritik ketidakmampuan PBB untuk bertindak tegas.

Upaya dukungan 142 negara di PBB untuk Palestina menunjukkan solidaritas global yang belum pernah ada sebelumnya. Pengakuan resmi terhadap negara Palestina oleh Prancis, Belgia, Kanada, Australia dan Inggris pada sidang Majelis Umum PBB ke-80 menjadi sinyal kuat perubahan geopolitik.

Namun, dukungan diplomatik saja tidak cukup. Palestina membutuhkan perlindungan nyata. Eskalasi konflik di Timur Tengah dan ditambah kegagalan institusi internasional menunjukkan satu hal, negara-negara Muslim harus menciptakan kekuatannya sendiri.

Lahir Dari Krisis

Ketidakadilan ini justru menyalakan kesadaran akan sebuah jalan baru dan negara-negara Islam tidak bisa lagi untuk terus menunggu belas kasihan dari luar. Gagasan yang dulu dianggap utopis kini menjadi kebutuhan mendesak.

Negara-negara Muslim harus sedikit berani belajar menjadi sebuah aliansi modern yang terinspirasi dari Uni Eropa dan NATO yang dikonsep ulang. Visi gagasan ini tidak hanya mampu dapat membebaskan Palestina tetapi juga membentuk kembali tatanan global menjadi lebih baik.Uni Ummah menawarkan paradigma baru. Bukan sekadar pakta militer, melainkan aliansi multi dimensi yang menggabungkan kekuatan pertahanan, ekonomi, teknologi, dan kemanusiaan. Bayangkan sinergi kekuatan finansial Arab Saudi, teknologi militer Turki, kapabilitas nuklir Pakistan, dan sumber daya manusia masif Indonesia, Iran, dan Mesir.

0 Komentar